“Seorang muslim yang KUAT secara PRIBADI (afiliasi), karena ia memiliki paradigma kehidupan yang benar dan jelas, struktur mentalitas yang kuat dan solid, serta karakter yang kokoh dan tangguh. Seorang muslim yang KUAT secara SOSIAL (Partisipasi), karena ia memiliki kesadaran partisipasi yang kuat, aset kebijakan yang terintegrasi dengan komunitasnya, dan menjadi faktor perekat dan pembawa manfaat dalam masyarakat. Seorang muslim yang KUAT secara PROFESI (Kontribusi), maka karena ia bekerja pada bidang yang menjadi kompeten intinya. Hal inilah yang menyebabkan ia selalu berorientasi pada amal, karya dan prestasi, serta secara konsisten melakukan perbaikan dan dan pertumbuhan yang berkesinambungan. “ (Matta 2009).
Amanah Pribadi
Menjadi
hamba Allah, siapakah yang tidak merasa beruntung telah menjadi bagian dari
agama rahmatan lil ‘alamin ini? Menjadi seorang muslim adalah suatu amanah dari
Allah. Menjadi pribadi yang sholeh, adalah suatu keharusan bagi setiap umat
islam. Maka, memperbaharui komitmen kita, meningkatkan kapasitas keimanan,
wawasan keislaman adalah bekal utama kita mengemban amanah lainnya. Menjaga
amanah kita sebagai seorang muslim berarti menjaga dan meningkatkan keshalihan
individu dalam diri kita. Yakinlah bahwa Allah akan memberi keberkahan dan
penjagaan yang menjadikan kebaikan dalam diri kita terus bertambah dan berlipat.
Amanah Sosial
Seorang muslim pada dasarnya
memegang amanah yang berat untuk menjadi khalifah di muka bumi. Menjadi penjaga
alam semesta ini agar tercipta keseimbangan dan kebermanfaatan yang luas untuk
masyarakat. Kita ingat manusia yang dikenal amanah, Muhammad namanya. Beban
dakwah yang dipikulnya tak membuat ia surut hingga cacian, hujatan bahkan
ancaman pembunuhan seakan-akan menjadi makanan pokoknya. Kita kenal juga
seorang manusia yang ditegur Allah dengan cara yang tak biasa. Kasih sayang
Allah begitu luar biasa pada seorang Nabi Yunus yang tengah lelah dengan amanah
dakwahnya. Seorang paus menelan nabi Yunus lalu paus tersebut kemudian dimakan
lagi oleh paus yang ukurannya lebih besar. Lantas Nabi Yunus berdoa dalam
gelapnya perut paus itu dan menyadari kesalahannya. Sampailah paus itu ke
tepian pantai, dan selamatlah Nabi Yunus. Hari ini, kita menyadari bahwa amanah
sosial ini tidaklah seekstrim Nabi dan sahabat-sahabatnya terdahulu. Malu
rasanya melihat beban dakwah yang tidak sebanding dengan ruh kita yang dangkal,
pemahaman yang masih lugu bahkan mungkin senang mendebat suatu hal dan
memutuskan perkara tanpa pertimbangan ilmu yang mendalam. Malu rasanya ketika
manusia hari ini bukan menjadikan dirinya manfaat, tapi menjadi perusak muka
bumi ini. Amanah sosial tidaklah cukup tanpa dilibatkan dengan kesadaran
dirinya akan amanah seorang muslim, menjalankan kewajibannya sebagai seorang
muslim yang menyerahkan urusannya kepada Allah semata dan meningkatkan
ketaatannya. Ketika amanah pribadi sudah dijalankan dengan baik, maka tak ragu
bahwa ia bisa menjalanai amanah sosialnya dengan sama baiknya pula.
Amanah
Pribadi dan Sosial
Berjamaah adalah suatu
keniscayaan. Seorang muslim tidaklah semerta-merta hidup untuk dirinya sendiri.
Menjadi seorang muslim adalah menjadi seorang yang memiliki kesadaran dirinya
sebagai hamba Allah dan Khalifah di muka bumi. Seperti yang dikatakan oleh
seorang ulama dan sastrawaan ternama asal Mesir, Sayyid Quthb bahwa:
Ketika hidup ini hanya untuk diri sendiri,
Maka ia akan terasa singkat dan tak bermaknaTapi ketika hidup kita persembahkan untuk orang lain,
Maka ia akan terasa panjang, dalam, dan penuh makna
Menjadi seorang muslim adalah amanah yang tak
ternilai harganya. Menjadi seorang muslim adalah menjadi pembelajar cerdas yang
terus mengupayakan perbaikan dalam dirinya. Ia memiliki kesadaran diri
sekaligus kesadaran sosial akan kontribusinya pada masyarakat. Ia akan memiliki
obsesi untuk bekerja sebaik-baiknya, menghasilkan karya demi kemaslahatan umat
diimbangi visi hidup yang jelas sebagai seorang hamba Allah. Ia lakukan itu
semua sebagai pertanggungjawaban akan amanahnya sebagai seorang Muslim. Kesadaran
pada amanah pribadi dan sosial ini akan membuat manusia menuju suatu titik
konvergen pada satuan muslim pembelajar yang bergerak menuju kesempurnaan.
Maka niat yang baik, adalah salah satu modal untuk
kita menjaga amanah-amanah ini. Ketika seorang muslim sudah berniat baik dalam
setiap aktivitas Allah akan pertemukan kita dengan orang-orang baik, tempat
baik dan hal baik lainnya. Semoga keberkahan tidak hilang dari kehidupan
seorang muslim yang senantiasa terus berusaha untuk menjaga amanah hidupnya. Kepada
siapa kita bertanggung jawab? Allah jawabannya. Wallahul Musta’an, semoga Allah
menolong kita.
*** Whina Ayu Lestari ***