Rabu, 11 Januari 2012

Detik-detik menjadi (calon) mahasiswa

3 comments
Pengumuman Ujian Nasional SMA ketika itu sudah berlalu. Yeah, I enjoyed that freedom. Tapi kegalauan tingkat akut selalu menyerang saya ketika tengah berkumpul bersama keluarga, apalagi ketika berbagai pertanyaan dilontarkan hanya untuk sekedar memastikan kemana saya melanjutkan kuliah. Oke, saya sebut Ilmu Komputer IPB.Awalnya, sempat tertarik dengan Arsitektur Interior, but that mind was fade.Saya pikir, arsitek di negara ini tidak berada di posisi yang nyaman. Akhirnya, dengan pertimbangan dan masukan dari keluarga saya menuliskan Ilmu Komputer di pilihan pertama. Karena kakak kedua saya kuliah di statistika IPB, dia merekomendasikan kampusnya pada adiknya. Ya, dengan pertimbangan geografis, biaya hidup, lingkungan akademis dan moral akhirnya saya menetapkan nama Bogor Agricultural University sebagai PTN pilihan saya. Sempat saya berubah pikiran untuk memilih jurusan The most favourite department : Teknologi Pangan yang menekankan pada bidang ilmu Kimia dan Biologi. Berhubung saya anti dengan nama Biologi dan merasa tidak pantas masuk ke departemen yang notabene diisi oleh chinese-chinese itu, well saya kembali ke pilihan pertama untuk menggeluti bidang komputer, khususnya di Ilmu Komputer yang berbasis pemrograman. Pilihan dua, saya pilih berdasarkan minat pertama: Arsitektur laskap (taman) berhubung ada bakat gambar yang tidak terasah (ciee :P) dan pilihan ke-tiga saya tulis Agronomi dan Hortikultura (ini bener-bener ngasal karena saya menyukai sayuran dan buah-buahan tapi ga suka pelajaran Biologi).

Kegalauan itu pertama kali terasa ketika saya mencoba browsing dan online di forum-forum tentang peminat Ilmu Komputer IPB. Thread yang saya buat mendapat replies yang cukup banyak mulai dari nada menyemangati sampai yang mematahkan tulang harapan. Bahkan, dengan gaya sok dia mengatakan bahwa peminatnya katanya melebihi 1000 orang dan maaf "pacarnya" yang rata-rata nilai rapornya 92 pun tidak berhasil lolos. Itulah alasannya kenapa akhirnya saya uring-uringan dan pertama kali tingkat kegalauan saya melebihi tingkat kegalauan detik-detik pengumuman kelulusan. Pasalnya, saya merasa tidak PD dengan nilai raport selama 6 semester. Penyebabnya tak lain nilai Biologi yang bikin saya skak mat. Nilai 69 di semester 2 membuat saya jadi alergi dengan pelajaran yang satu itu. Ini juga yang bikin kapasitas galau saya makin nambah.

Dengan modal nilai raport yang gak tinggi tapi gak rendah juga saya berani merogoh kocek Rp 250.000 untuk membayar formulir pendaftaran dan mengikuti SNMPTN Undangan ke IPB. Sempat saya kecewa ketika guru BK mengatakan bahwa hanya 10 besar atau 25% peringkat kelas yang bisa mengikuti seleksi jalur ini (Hikhik, jujur mata saya berkaca-kaca saat itu) Tapi toh mau bagaimanapun juga, saya harus rela menelan kenyataan pahit untuk tidak mengikuti seleksi ini karena peringkat saya di semester akhir turun drastis menjadi peringkat 11 dari 32 orang. Kala itu, saya lebih banyak merenung. Apakah hidup saya memang selalu dipenuhi dengan perjuangan berat untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan? Sepertinya takdir saya tidak berbeda jauh dengan dua kakak perempuan saya. Saya mungkin harus berada dalam jajaran yang sama, merasakan perjuangan yang sama dengan mereka yang mengikuti SNMPTN tulis. Perih, bukan sedih, itulah perasaan yang saya rasakan ketika itu. Saya merasa banyak markisme (sebut saja penyimpangan nilai) di tempat saya menuntut ilmu. Banyak siswa yang berpotensi tapi tidak mendapat posisi yang sepantasnya. Hanya 5-7 orang yang benar-benar pantas mendapat "posisi" itu. You know what I mean?yeah. Saya rela untuk menerima kenyataan bahwa perjuangan menuntut ilmu ini saya lakoni hanya untuk mendapat ridho Allah, bukan hanya soal prestise di mata manusia dengan mendapat nilai-nilai yang tinggi. Toh, rasanya saya sudah berjuang untuk bertahan di Top 10 students in this (RSBI) class.Tapi markisme itu sudah membuat rancangan mimpi saya berantakan. Mimpi untuk membahagiakan kedua orang tua dengan jerih payah selama 3 tahun itu, harus berakhir ketika kata-kata 25% harus saya telan walaupun berduri. Saya tidak ikut SNMPTN Undangan, itulah kesimpulannya.

3 hari kemudian, ada pemberitahuan dari ketua kelas bahwa 50% siswa kelas RSBI boleh mengikuti SNMPTN Undangan. Alhamdulillah..setelah perasaan hancur berkeping-keping saya bisa menikmati kelegaan yang luar biasa ini. Akhirnya, setengah hasil perjuangan selama tiga tahun mulai mendapat titik terang. Lucu kalau dipikir-pikir lagi :D karena sejak saat itu, saya antusias mendatangi kantor BK untuk membeli formulir pendaftaran. Sebanyak 60 orang siswa mengikuti SNMPTN Undangan dan notabene PTN yang dipilih adalah IPB yang memiliki kuota yang lebih tinggi.

Hari demi hari saya lalui apa adanya. Saya hanya bisa tawakkal, berserah diri meminta yang terbaik pada Allah. Kadang, kalau galaunya lagi kumat seperti biasa saya merepotkan teman dekat saya, Riska untuk meladeni kegalauan saya (maaf ya, Ka hehe) Kami berdua memilih PTN yang sama tapi berbeda departemen. Ia seorang math lover memilih statistika. Kami berencana untuk satu kos-an setelah asrama kelak nanti jika diterima di sana. Namun, perasaan tidak enak dan bimbang tetap menggelayuti pikiran.Jarak pengumuman SNMPTN Undangan dan ujian SNMPTN tulis hanyalah 1 minggu, sedangkan saya belum tentu lolos. Persoalan lagi, saya bingung apakah saya harus mengikuti bimbingan belajar SNMPTN yang harganya tidak murah, hampir 1,5 juta sedangkan saya ikut SNMPTN jalur ini karena ingin meringankan beban ortu. Huff,betapa pelik masalah ini T,TDengan modal nekat lagi saya putuskan untuk belajar otodidak saja dari buku-buku SNMPTN. Saya borong kumpulan soal SNMPTN seharga Rp 100.000 untuk bahan belajar selama kurang lebih 3 minggu.

Tanggal 17 Juni 2011, aroma kegagalan tiba-tiba menyeruak dalam diri saya. As a perfectionist girl, Kegagalan itu memang hal yan paling saya tidak sukai. Saya sudah menguatkan mental dengan berdo'a sebanyak-banyaknya dan meminta do'a dari Ibu. H minus 1 menuju pengumuman, saya memilih menghabiskan waktu di depan komputer untuk browsing, online, dan download. Tiba-tiba saat surfing di web SNMPTN, ternyata pengumuman SNMPTN mundur menjadi tanggal 17 Juni pukul 19.00 WIB dari perkiraan semula tangal 17 Juni pukul 24.00 WIB. Saat itu waktu masih menunjukan pukul 17.00 WIB namun perasaan sudah acak-acakan. Saya hanya bisa berdo'a untuk diri sendiri dan meminta do'a dari Ibu. Herannya, SMS dari teman SD tiba-tiba datang di saat genting seperti ini. Saya tidak mau dia menyatakan belasungkawa ketika saya tidak diterima di PTN yang saya pilih -__-" Akhirnya mau tidak mau saya juga meminta do'a darinya.Setelah sholat maghrib, saya pantengin komputer di kamar. Saya berpindah dari tab satu ke tab lain,web SNMPTN dan Twitter. Mendadak timeline dipenuhi orang-orang yang bernasib sama denganku, galau tingkat akut menjelang detik-detik pengumuman. Saya off sementara untuk tidak melihat pemandangan ini. Kertas berisi nomor pendaftaran SNMPTN sudah ada di tangan. Saya mencoba masuk web SNMPTN dan memasukan nomornya dan ENTER. "Maaf, layanan ini belum bisa diakses".Tanggapan pertama, artinya masih belum dibuka. Pukul 18.45 WIB saya mencoba mengakses kembali. Hit counter saat itu masih menunjukan angka 4 ribuan. Setelah memijit tombol ENTER, saya memejamkan mata dengan mulut berkomat-kamit. Jantung sudah berdetak tak berirama. Perlahan saya buka mata, dan tulisan: "Selamat, anda diterima di Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Silakan lakukan registrasi awal dengan mengikuti link ini"

Saya langsung membuka tab baru dan masuk ke twitter. Timeline dipenuhi dengan euphoria lolos SNMPTN Undangan maupun belasungkawa karena tidak beruntung . Saya juga tidak mau ketinggalan menyampaikan kabar bahagia ini pada teman-teman. "Alhamdulillah, saya diterima di ILMU KOMPUTER IPB :)" Saya klik Tweet. 1 menit kemudian, ucapan congrats mulai memenuhi mentions. Dari kabar yang beredar, sebanyak 18 orang di sekolah lolos SNMPTN Undangan. 9 dari IPB, 1 UI kedokteran, 1 orang farmasi UI, 1 orang jurusan hukum UI, UNPAD, 3 orang lolos FMIPA dan Arsitektur ITB, dan yang lainnya saya lupa :P

Ternyata memang garis takdir berkata lain. Bayangan untuk se-kampus dengan teman dekat saya harus lenyap ketika pengumuman SNMPTN Undangan yang mendebarkan se-antero sekolah itu tiba waktunya.Saya SMS menanyakan keadaannya, namun tak ada reply. Artinya, ia belum mendapat kesempatan untuk berada di PTN yang sama. Sedih juga, karena kami tidak bisa berbahagia bersama-sama. Your future hasn't end, guy :)

Saya tak bisa berkata apa-apa selain bersyukur sebanyak-banyaknya dalam hati dan sujud syukur atas nikmat ini. Ya Allah, I Belive'n you. Betapa nikmat karunia yang kau beri. Alhamdulillah, artinya saya masih diberi kesempatan untuk berbahagia.Tidak lupa, saya sms dua kakak saya dan ayah saya yang tengah bekerja di Bogor. Saya keluar kamar dan memberi tahu Ibu.Beliau tersenyum sumringah dan mengatakan bahwa perjuangan saya berlelah-lelah selama tiga tahun tidak sia-sia. Terima kasih bu, atas doamu aku bisa merasakan perkuliahan di sini selama 7 bulan dan kini tengah menulis postingan di tengah keheningan malam yang sunyi ini.

Bogor, 12 Januari 2012

Pukul 4.17 am WIB

Rusunawa IPB, kamar 418

Di tengah sepinya asrama karena saya belum balik padahal libur UAS sudah dimulai :P


3 komentar:

  1. i will pay my precious time that has lost. insya Allah, world stood still, i should not have regret for anything. it is His.
    i will pay.
    no matter what i will pay it!
    even if i can't be the first here, i will be my best.

    makasi yaa, kamu udah banyak bantu aku, pinjemin aku buku, support aku, dll.
    sekarang aku seolah tertampar, ketika Allah memberikan aku jalan di sana, aku berpikir, "Mungkinkah kemampuan akademisku mampu mengimbanginya?"
    maka dari itu, I WILL PAY! I WILL TRY :)

    BalasHapus
  2. Insha Allah, You can chase your dream with another way, the best way for you. Keep spirit! Man jadda wa jada! Man shabara zhafira! #Ranah3warna Hehe

    BalasHapus

please write a comment