Sabtu, 22 November 2014

Bikin Peta Pasca Kampus, Yuk!

Leave a Comment
Jika kita berbicara dunia pasca kampus, berapa orang sih yang siap memasukinya? Saya percaya bahwa setiap orang punya pilihan masing-masing ketika ia memikirkan identitas apa yang akan dia kenakan di setiap fase kehidupannya. Setelah fase anak-anak, identitas apa yang akan dia pakai ketika remaja? Menjadi remaja kutu buku? Aktivis? Anak nongkrong? Atau bahkan tidak memiliki identitas apapun? Setiap orang pada akhirnya harus menentukan pilihannya. Ketika kita masih berlindung di balik keperkasaan ayah atau kehangatan seorang ibu, kita ingat pertanyaan yang sering kita jawab secara spontan. “Mau jadi apa kalau jadi besar?” Notabene seorang anak akan mencari jawaban yang familiar di telinga, entah menjadi guru atau dokter. Dua identitas tersebut mungkin tampak hebat di matanya kala itu. Lantas, ketika ia sudah berada di tingkat kritis mahasiswa tingkat akhir barulah ia menyadari betapa klise jawabannya. Tidak salah ciwi-ciwi yang sudah mendekati detik-detik lengsernya jabatan mahasiswa mengalami tingkat kegalauan yang lebih besar dibanding adik-adiknya yang masih unyu-unyu di tingkat pertama. Hal ini terjadi ketika kita memang belum memiliki tujuan hidup yang jelas di setiap fase kehidupannya. Bahkan tak sedikit juga di antara kita yang belum mengetahui potensi, kekurangan,dan kelebihan yang dia miliki. Oleh karena itu, syarat pertama untuk menebas kegalauan tentang identitas apa yang akan kita pakai di dunia pasca kampus adalah kenali potensi kita. Rencanakan hidup kita 5 hingga 10 tahun ke depan. Menjadi mahasiswa lagi? Lanjut kerja menjadi seorang pegawai? Atau nikah dan menjadi seorang ibu?

Saat ini saya masih setuju dengan pendapat bahwa kuliah S1 pada dasarnya adalah membekali mahasiswa untuk menyiapkan diri di dunia nyata, yang sangat berbeda dengan apa yang diajarkan dosen. Terlalu nyaman jika kita hanya sibuk belajar di kelas tanpa membekali diri kita dengan kemampuan lain selama 4 tahun. Pada dasarnya kita berhak memakai identitas apapun selama itu adalah pilihan terbaik menurut kita. Pun dengan saya yang ingin memakai kembali identitas mahasiswa setelah menghadapi pasca kampus. Kuliah lagi, menjadi seorang research student.  Tak jarang teman-teman saya keheranan ketika melihat saya masih semangat kuliah dan ingin menekuni lagi bidang yang bersinggungan ilmu  komputer. Bidang yang tak banyak ditekuni oleh seorang wanita yang sarat dengan dunia STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematic).

Banyak yang berpandangan bahwa seorang wanita tidak perlu kuliah tinggi-tinggi toh akhirnya balik lagi ke dapur. “Kita hidup kan gak cuma buat kuliah tapi perlu berkarya”. Yap, betul sekali. Tapi bukan berarti berkarya harus dengan menghebat di perusahaan bonafit semata atau di balik pangkat seorang pegawai negeri. Kita bisa buat karya itu lahir dari pemikiran-pemikiran kita, kan? Jadi, opsi lanjut kuliah bisa dilakukan oleh mahasiswa yang memang passion dengan dunia pendidikan, riset, dan hal-hal berbau ilmiah. Rasanya wajar bagi mahasiswa FMIPA yang arahan ke depannya adalah menjadi seorang dosen atau peneliti. Lanjut kuliah S2 bahkan sampai S3 mungkin pilihan yang tepat jika dunia lab dan riset adalah passion nya. Lalu, bagaimana dengan mahasiswa yang tidak termasuk di dalamnya? It’s up to you! Pahamilah potensi diri, petakan cita-citamu. Meminta petunjuk pada Allah untuk diberikan yang terbaik bagi masa depanmu.

Bagaimana jika sudah lanjut kuliah, tapi ternyata takdir berkata bahwa kamu tidak berhak menjadi seorang peneliti atau pun dosen? Lantas, sia-sia kah? Jawabannya tentu tidak. Lanjut kuliah S2 sampai S3 bukan masalah hanya mengejar gelar untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Ada banyak manfaat yang dapat diraih dari seorang wanita yang memilih berpusing-pusing ria dengan thesisnya. Sebelum menjadi perantara generasi selanjutnya, bukankah seorang anak berhak dilahirkan dari seorang ibu yang cerdas dan mencerdaskan? Seorang anak membutuhkan ibu yang terus tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan generasi sang anak. Jadi, tak usah ragu bagi yang senang menantang dirinya untuk menjadi pembelajar sejati.

Lanjut kerja pun tak ada salahnya jika memang kebutuhan terbesar setelah pasca kampus adalah membahagiakan orang tua dengan hal-hal bersifat materi. Jika menjadi wanita karir memang menjadi pilihan, pastikan itu tidak akan menghambat langkahmu untuk terus berada di jalan kebaikan yang Allah ridhoi. Begitu pun jika memilih opsi ke-3 : menjadi seorang ibu dengan menikah terlebih dahulu. Bila Allah sudah pertemukan jodohnya, mengapa tidak? Jika belum? Hanya ada dua pilihan : kerja atau kuliah? Silakan temukan passion dan sesuaikan dengan kebutuhannya. Poin pentingnya adalah apapun pilihan itu, pastikan kita akan terus menebarkan kebaikan dengan identitas yang kita pilih di dunia pasca kampus nanti.  Selamat memilih! :)
Read More...

Sabtu, 23 Agustus 2014

Keluarga 2 hari

Leave a Comment
Hem, anyway minggu-minggu ini sudah masuk masa perkenalanan maba baik yang baru masuk ke kampus atau fakultas. Yap, bagi kampus ipebe yang notabene gak mengenal perpeloncoan, maka MPKMB , MPF, maupun MPD menjadi cerita menarik tersendiri untuk dikisahkan kembali. Entah itu kekonyolan yang kita lakukan karena lupa bawa perlengkapan, cerita kekeluargaan dengan teman sekelompoknya dan bahkan cerita antara orang tua dan anak-anaknya. Loh kok? orang tua? anak-anak? Judulnya ko keluarga 2 hari? Yap, ini adalah cerita sebuah keluarga manis dalam bingkai Masa Perkenalan Fakultas (MPF) MIPA ipebe. Meskipun judulnya 2 hari sesuai dengan durasi MPF-nya, semoga faktanya kekeluargaan ini terjalin selamanya ya :)

Cerita berawal dari permintaan untuk menjadi pembimbing kelompok di masa perkenalan fakultas FMIPA. Harusnya sih mahasiswi menjelang tingkat akhir kayak saya lagi sibuk PKL di instansi, tapi alhamdulillaah kerjaan udah hampir beres dan saya bisa menyanggupi untuk membantu menjadi pembimbing kelompok. Yaah pembimbing kelompok itu semacam orang tua anak-anak kelompok gitu. Mau nolak juga gak enak, karena panitia-nya memang katanya kekurangan SDM. Gimana ga kurang, karena jumlah mahasiswa FMIPA angkatan 2012 yang terdiri dari 8 departemen hampir mencapai 1000 orang. Sedangkan SDM yang tersedia hanya sedikit. Ko bisa? ya secara normalnya orang gak akan mau mengorbankan waktu liburannya untuk jadi "orang tua" anak orang yang mau masuk fakultas kan ya? Memang kebetulan waktu MPF ini bertepatan dengan waktu liburan semester, jadi cukup jadi tantangan tersendiri bagi para panitia Masa Perkenalan Fakultas maupun Departemen. Tantangan untuk mengenalkan dunia fakultas yang dianggap masa-masa penentuan jati diri-nya. Masa-masa semester 3 yang biasanya bikin IP terjun payung setelah dilenakan dengan masa kuliah TPB (Tingkat persiapan bersama) yang dianggap masa SMA kelas 4. 

Alhamdulillah..
Read More...

Kamis, 17 Juli 2014

Karena di Bis itu, Kita Bercerita

1 comment
image
Perjalanan memang selalu menyisakan ruang untuk bertanya, berpikir, berharap dan bersyukur bila kita dapat memaknainya. Karena di bus itu, kita bercerita..

Dramaga - Bandung, 26 Juni 2014
Pagi-pagi sekali berangkat, masih jam 6 pagi. Ya, saya ingin pulang sejenak, merehatkan diri dari kepenatan aktivitas kampus. Menyempatkan diri untuk menatap wajah-wajah keluarga sebelum Ramadhan pertama. Ah, memang rumah itu selalu menjadi tempat yang menagih kerinduan.

Bus jurusan Leuwi**ng - Leuwipanjang berhenti di depan saya begitu sampai di pinggir jalan raya Kampus. Tepat ketika itu, ada dua mahasiswa yang sepertinya juga menantikan kedatangannya sambil membawa beberapa tentengan, semacam oleh-oleh khas Bogor. Hem, saya tidak sendiri rupanya. Yah, sudah tradisi bila pulang ke kampung halaman yang hanya 2 kali dalam setahun. Gak afdhol rasanya kalau gak bawa oleh-oleh meski hanya cemilan "fresh from the oven" kesukaan adik laki-laki saya.

Hap, saya sampai di dalam bus. Cepat-cepat mencari bangku kosong dan dapatlah di bangku paling depat di pinggir jendela setelah seorang ibu menawarkan bangkunya  begitu melihat saya kebingungan karena tidak ada bangku yang tersisa. Rupanya ia membawa anaknya yang masih kira-kira sekitar 7 tahun-an. Agak kasihan juga, merasa saya telah bersalah merebut bangku anaknya. Saya tersenyum, menghargai kebaikan ibu tersebut sambil berusaha menawarkan tempat duduk untuk anaknya meski hanya sedikit nyempil. Tapi ibu itu sangat baik dan malah menawarkan bangkunya untuk ibu-ibu separuh baya yang membawa seorang anak. Ia malah berpindah ke depan, menemani sang supir dengan duduk tanpa kursi. Ah, selalu. Perjalanan itu selalu menyisakan rasa syukur bahwa di antara puluhan orang di bus ini. "Ternyata masih ada orang berhati baik.."
Saya tersenyum pada ibu-ibu separuh baya yang menjadi teman sebangku saya dalam perjalanan Dramaga - Bandung itu. Ia kelihatan kerepotan menyuapi anak yang dibawanya.

" Ibu mau ke mana? " Saya bertanya memulai percakapan.
" Mau ke Dago " Ibu itu menjawab sambil tersenyum.
Suasana sudah agak cair, membuat Ibu itu terpancing untuk bercerita tentang ia dan anak yang sedang disuapinya.
" Ini cucu saya, dia malas makan kalau gak disuapi.. " 

Hipotesis saya yang menyatakan bahwa itu adalah anaknya rupanya salah besar, anak yang saya kira adalah anak kandungnya faktanya adalah cucunya. Akhirnya cerita panjang dimulai dari sana. Berawal dari perkenalan seorang mahasiswa hingga akhirnya saya mendapat kesimpulan bahwa saya bertemu dengan orang yang tidak sembarangan. Ibu yang telah melahirkan ilmuwan besar, salah satunya adalah dosen sekaligus al-ustadz di Kampus saya. Meskipun dosen tersebut adalah dosen dari fakultas lain, yaitu fakultas Peternakan tapi saya kenal karena beliau sering mengisi kajian di Mesjid Al-Hurriyyah.

"Dulu dia itu kuliah umurnya masih 15 tahun.. " Ibu itu bercerita penuh kebanggaan. 

Saat itu anaknya memang sangat muda sekali untuk menginjakan kaki di bangku kuliah. Bukan apa-apa, karena beliau memang punya potensi yang luar biasa dibanding anak-anak sebayanya. Ibu itu bercerita dengan semangat sekali menceritakan masa kecil anaknya. 

"Ibu, ibu. Aku bawa hadiah banyak. Aku menang lomba X,Y,Z.."

Yah, dosen kecil itu memang punya skill membuat orang lain skak-mat dalam berbagai perlombaan anak-anak. Potensi luar biasa yang dimiliki dosen kecil itu pun masih berlanjut ketika gurunya mengatakan bahwa dosen kecil itu tidak pantas untuk melanjutkan sekolah dasar lagi. Ia harus merelakan dirinya menggeluti dunia pendidikan lanjut yang sama sekali ia merasa asing. Merasa bahwa ia belum cukup dewasa untuk menerima perbedaan itu. Apalagi dengan badannya yang mungil namun otak yang besar itu ia harus menghadapi hari-harinya dengan penug kesedihan karena olokan "abang-abang" yang menjadi teman sekelasnya sejak ia dikeluarkan secara terhormat dari Sekolah Dasar. Ia memang terlalu berharga dan luar biasa menerima perbedaan itu. Bukan salahnya bahwa ia dikarunia kecerdasaan melebihi anak-anak pada seusianya. Ia harus berpisah dari sebuah desa di gunung terpencil ke pusat kota Kembang. Dimana kepedihan yang berbuah manis itu bermula.
Awalnya dosen kecil kesulitan untuk beradaptasi dengan pendidikan sekolah menengah pertama saat dirinya seharusnya masih mengenyam bangku kelas 5 sekolah dasar. Wajar bila ada gap anak desa ke anak kota sehingga ia kesulitan beradaptasi. Ia meraih peringkat kedua terakhir di kelas, tidak lagi peringkat pertama seperti kemarin. Ketika ia masih menikmati serunya bermain kelereng bersama teman sebanyanya, peringkat pertama itu mudah sekali ia dapatkan. Namun, sejak ia memulai dunia barunya dosen kecil itu merasa menjadi anak yang paling menyedihkan. Terlebih karena ejekan teman-temannya yang tak pernah berhenti sebab perawakannya yang kecil. Alakhir, ibunya membuat sebuah keputusan besar. Mengeluarkannya? Bukan, dosen kecil tidak dididik untuk menjadi pengecut. Ibunya percaya bahwa ada sebuah kekuatan besar untuk mendorong anaknya menjadi luar biasa.

" Kalau kamu gak mau diejek karena kamu masih kecil, tunjukan dengan prestasi kamu! Kamu harus belajar dan menjadi rangking satu"

Dosen kecil itu tertegun, merasakan ada angin segar berhembus di atas kepalanya. Ya, ibunya telah membuat keputusan yang tepat untuk anaknya. Memotivasinya untuk bangkit, bukan menyalahkan nasib anaknya apalagi sampai memutus rantai pendidikan. Sejak saat itu, dosen kecil meminta ibunya membangunkannya setiap jam 03.00 pagi. Terkadang ia belajar dengan terkantuk-kantuk, membuat ibunya turun tangan untuk  mengusapkan lap basah di wajahnya.
Lambat laun, dosen kecil mulai terbiasa belajar setiap pagi. Ia memang tipe orang yang hanya bisa belajar dalam suasana hening. Beruntunglah ibunya memahami karakter dosen kecil hingga ia terfasilitasi dengan bantuan ibunya. Dosen kecil mengalami perkembangan akademik yang luar biasa. Ia berhasil mengalahkan "abang-abang" di kelasnya.

"Ibu, ibu! Aku rangking satu!" Dosen kecil berteriak-teriak kegirangan.

Ibunya tersenyum sumringah. Bangga atas kerja kerasa anaknya. Harus melawan kantuk pada awalnya hingga akhirnya ia terbiasa menikmati siklusnya.

"Nah, sebagai rasa syukur kamu sekarang coba sholat tahajjud sebelum kamu belajar .." Ibunya berkata sambil tersenyum ke arah dosen kecil.

 Dosen kecil tak pernah sekalipun membantah perkataan ibunya. Ia sudah merasakan efek yang luar biasa dari ucapan ibunya seakan-akan itu keputusan paling tepat untuk hidupnya. Ia mulai terbiasa sholat malam dan merasakan banyak perubahan pula dalam hidupnya. Dosen kecil merasakan hidupnya banyak disuguhi dengan kenikmatan dan rezeki yang tak diduga-duganya.
Ia berhasil menyabet beberapa kejuaraan di sekolahnya. Ya, habibie kecil itu kini bukan lagi si perawakan kecil yang sering diejek "abang-abang" di sekolahnya. Ia berhasil meningkatkan kepercayaan dirinya dengan prestasinya tersebut. Ia menamatkan SMA ketika dirinya masih usia 15 tahun dan mulai menapaki masa perkuliahan hingga mengantarkan ia meraih gelar Cumlaude yang tak mudah dicicipi oleh mahasiswa di Bogor. Ibunya bercerita bagaimana dosen kecil belajar beradaptasi dengan kondisi asrama yang selalu gaduh sehingga ia kesulitan untuk berkonsentrasi ketika belajar. Ibunya selalu memberikan jawaban yang ampuh dan membuat dosen kecil merasakan efeknya yang luar biasa. Ia belajar ketika orang lain tidur, sholat malam dan belajar lagi hingga akhirnya fajar tiba. Begitu teman-teman sekamarnya bangun, ia sudah percaya diri untuk memulai perkuliahan di kelas setiap hari. Ya, perjalanan hidup tidak berhenti sampai di  sini. Setelah lulus, dosen kecil berazzam pada dirinya untuk melanjutkan kuliah. Ia ingin menjadi dosen, seperti cita-cita kecilnya. Bahwa ia memang ingin menjadi guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Yang gajinya mungkin tak seberapa dibanding para pengusaha, milyarder, atapun profesi lainnya yang menjajikan kenikmatan duniawi yang tak pernah memenuhi kadar kepuasan manusia.

"Bu, doakan saya, saya sekarang mau S2 ke Jerman..saya dapat beasiswa ke sana "

Sekali lagi ibunya hanya tersenyum. Ia hanya bisa mendoakan semoga ilmu yang didapatnya membawa manfaat bagi banyak orang. Ibu dari dosen kecil itu bercerita tentang kemudahan-kemudahan yang didapatkan anaknya ketika meneruskan kuliahnya. Ia mendapatkan beasiswa DAAD Jerman atas rekomendasi salah satu dosen di kampusnya. Dan baru kemarin ia meneruskan S3 lagi dengan tanpa biaya sepeser pun.

" Ibu, doakan saya. Saya dapat beasiswa lagi di Swiss untuk melanjutkan S3 di sana.. "

Ibu dosen kecil itu lagi-lagi tersenyum. Merasa bahagia mendengarnya. Bukan, bukan masalah anaknya yang dengan mudah mendapatkan beasiswa sehingga ia tidak perlu membiayainya. Lebih berharga dari sekedar itu adalah ia bahagia karena ia telah menjadi ibu yang berhasil memberi anaknya kekuataan ketika anaknya terpuruk. Ia berhasil membuat anaknya merasakan keberadaannya begitu berharga di dunia ini. Dosen kecil itu tak pernah absen meminta nasehat ibunya apapun masalahnya. Ia hanya bisa mengusahakan yang terbaik bagi anaknya namun tak luput dari campur tangan Allah. Meski takdir rezeki, jodoh, kelahiran, kematian adalah rahasia Allah dan sudah ditetapkannya jauh 50.000 tahun sebelum kita lahir ke dunia. Sejatinya, manusia hanya bisa berusaha.
Saya menyimak sambil sesekali menimpali. Mendengarkan dengan seksama dengan mata berbinar. Mendengarkan langsung dari pelaku yang membawa perubahan besar pada sosok hebat itu. Dosen yang saya kenal begitu tersohor di fakultas seberang. Bahwa di balik perjalanan karirnya, tersimpan sejarah yang membuktikan bahwa doa seorang ibu, peran seorang ibu dalam membangun karakter seorang anak adalah berharga. Kita, tanpa orang tua, tanpa ridho orang tua, tanpa ridho Allah tak berarti apa-apa.

Ibu itu sudah berhenti bercerita. Saya mengalihkan pandangan ke jendela. Memandang harapan besar jauh ke dalam hati kecil. Sudahkan melibatkan orang tua, terutama doa Ibu dalam setiap aktivitas kita? Sudahkan kita melibatkan Allah di setiap harapan kita? Di setiap mimpi kita? Allahu, mimpi menuju negeri sakura itu kian terasa. Menginjakan kaki di sana, menikmati suasana perkuliahan dei negara yang sarat Sains dan Teknologi dengan biaya yang tergolong sangat mahal mungkin mustahil bagi mahasiswa kalangan menengah ke bawah seperti saya. Tapi saya percaya, dosen kecil itu pun membuktikannya bahwa mimpi itu tidak semata-mata berasal dari tekad yang membaja dari diri kita. Bukan kita yang memiliki kekuatan Power Ranger. Tapi Allah, Allah yang memberi kekuatan dan kemudahan itu. Ridho Allah, ridho Orang tua. Manusia hanya bisa berusaha dan bertawakal. Faidzaa Azzamtu Fa tawakkal 'Alallaah... 
Karena di bus itu, kita bercerita..

Read More...

Minggu, 08 Juni 2014

Help and documentation - omegaakutansi.com

4 comments
Maksud dari prinsip usability yang terakhir ini adalah sistem harus menyediakan bantuan dan dokumentasi yang berisi informasi penggunaan sistem.

Pada situs ini, halaman bantuan / help tidak dibuat secara sempurna sehingga tidak membantu dalam penggunaan sistem

Pada saat mengklik flash tutorial pada menu di bawah ini, ternyata halaman tersebut kosong dan tidak memuat informasi apapun.

halaman flash tutorial - help

Permasalahan lain adalah ada pada halaman Download update. Disana terdapat kata-kata untuk melakukan " Kini silakan update software anda melalui daftar di bawah ini". Tapi daftar yang dimaksud tidak jelas karena tidak hanya berisi kata-kata tidak jelas yaitu [[afm_page]]. Mungkin tadinya berupa link atau kodingan daftar yang dimaksud tapi nyatanya tidak befungsi sama sekali karena hanya berupa tulisan. Selain itu, gambar yang terdapat di halaman tersebut tidak terlalu jelas dan tidak bisa di enlarge / dipreview. Masalah timbul ketika user tidak bisa membaca konten dari gambar tersebut yang seharusnya membantu user menyelesaikan permasalahannya. 

halaman Download update - help 
Seharusnya fitur help yang tidak akan dibuat dihilangkan saja daripada membuat user merasa tidak puas. Selain itu, diperlukan penyempurnaan lagi fitur help yang dibuat karena tujuan dibuat fitur ini adalah untuk membantu user menggunakan sistem, bukan untuk mempersulit user.

Berdasarkan severity rating versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0-4 , permasalahan ini termasuk pada skala= Usability catastrophe: imperative to fix this before product can be released. Artinya permasalahan ini sangat fatal bila tidak diperbaiki. 

Secara keseluruhan, dari 10 prinsip usability , situs omegakutansi.com ini perlu mendapatkan perbaikan mendalam sehingga user yang mengakses situs ini mendapatkan kenyamanan dan kemudahan baik dari segi fitur maupun desain :)
Read More...

Help users recognize, diagnose, and recover from errors - omegaakutansi.com

Leave a Comment

Maksud prinsip usability ini adalah pesan error harus dijelaskan dalam bahasa yang jelas dan bisa memberikan solusi bagi user

 Tidak ada solusi untuk error message

Pada form contact, ketika saya mencoba untuk memasukan alamat email yang salah yaitu hanya dengan mencantumkan 123 tanpa embel-embel domain, muncul pesan kesalahan seperti di bawah ini. "Email address seems invalid".  Pesan error memang sudah ditampilkan, namun user tidak mendapatkan solusi dari pesan tersebut karena tidak diberi tahu apakah yang dimaksud  dengan email address valid itu?.  Hal ini mungkin tidak berlaku bagi user yang sudah terbiasa berinteraksi dengan form, tapi bagaimana dengan user yang sangat awam dan pertama kali berinteraksi dengan form dan tidak mengetahui apa itu email?

form contact dan pesan error yang ditampilkan
Seharusnya pesan error mengandung solusi. Atau jika tidak dicantumkan saat pesan error muncul, seharusnya dibuat semacam placeholder pada field dalam form contact tersebut untuk menghindari kesalahan pengisian. Misal dalam field email, terdapat placeholder seperti 123@gmail.com. Sehingga user tahu bahwa seharusnya penulisan yang benar adalah seperti contoh : 123@gmail.com.

Berdasarkan Severity Rating Jakob Nielsen (1995) dari skala 0-4, permasalahan ini termasuk dalam skala = Usability catastrophe: imperative to fix this before product can be released. Artinya prinsip itu harus dipenuhi terlebihi dahulu karena berakibat fatal jika permasalahan seperti ini tidak disalahkan. User yang sangat awam mungkin tidak akan pernah bisa mengirimkan pesan melalui formulir ini jika tidak diberi petunjuk untuk mengatasi error message seperti ini.
Read More...

Aesthetic and minimalist design - omegaakutansi.com

2 comments
Makna dari prinsip usability ini adalah dialog mengandung informasi yang relevan, tidak berlebihan dan menggunakan desain yang memenuhi estetika.

Permasalahan 1

Banyak link yang tidak seharusnya dicantumkan karena mengandung informasi yang ambigu

Beberapa penggunaan link yang seharusnya mengarah pada suatu informasi tidak diletakan secara tepat. Contoh pertama adalah pada menu Blog . Di sana terdapat  pilihan lain menyerupai sub menu yaitu news, article, Program kasir - Software terbaik, dan Others. Padahal 4 sub  tersebut tidak menunjukan informasi mengenai Blog secara keseluruhan dan sangat ambigu. Saya sendiri bingung apakah itu maksudnya bagian dari Blog atau bukan? News dan artikel mungkin iya, tapi untuk program kasir? Rasanya sangat tidak relevan untuk diletakan di sana.Selain itu, Blog dibuat menjadi clickable sehingga bukan seperti parent menu. Contoh kedua adalah pada menu About Us. Testimonial dan Peluang Bisnis tidak mewakili informasi dari About Us. Ambiguitas juga terjadi karena menu About us juga dibuat clickable dan mengarah pada suatu link sehingga diragukan apakah maksud membuat About us dicetak tebal dan menyerupai parent menu itu benar? Umumnya parent menu tidak bisa diklik dan berupa menu dropdown. Atau jika berupa mega menu umumnya tidak dibuat clickable dan hanya menunjukan bagian inti dari suatu sub menu.

Solusinya adalah dengan membuat menu Blog dan About Us menjadi unclickable dan merubah sub menu menjadi bagian-bagian yang mewakili Blog seperti : All post, popular post, most commented dll. Rasanya informasi seperti ini yang sebenarnya diperlukan oleh user ketika membaca Blog. Bukan mencari kategori seperti News, Article atau bahkan Others. Sedangn kan untuk menu About Us, hilangkan sub menu Testimonial karena tidak relevan dengan informasi yang diperlukan untuk menu About us dan hilangkan pula Peluang Bisnis karena sudah diwakili oleh sub menu Career. Untuk menu Our products tidak perlu mencantumkan Download Demo karena sangat tidak relevan dengan menu produk. Selain itu What's New juga sangat ambigu karena tidak merepresentasikan Our Product, oleh karena itu harus dihilangkan. Namun ketika saya melihat product yang ditampilkan hanya 4 buah, rasanya penggunaan sub menu juga lebih baik dihilangkan karena kurang pas jika harus membuka satu persatu produknya melalui sub menu. Kecuali jika produk yang ditampilkan banyak. Mungkin bisa diganti dengan sub menu : Popular dan Recently added.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob nielsen (1995) dari skala 0-4, permasalahan in termasuk pada skala = Major usability problem: important to fix, so should be given high priority. Permasalahan ini penting untuk ditangani dan menjadi prioritas yang tinggi.


Permasalahan 2

Pengelompokan menu dirasa tidak tepat karena tidak merepresentasikan informasi secara keseluruhan

Contohnya adalah pada menu Contact. Di sana terdapat link Live supports dan Buy online. Penempatan buy online pada menu Contact tidak merepresentasikan informasi yang umum. Umumnya menu Contact terdiri dari info CP yang bisa dihubungi atau field form yang akan mengirimkan email user dan tautan jejaring sosial situs tersebut.

menu contact
halaman Buy online


Seharusnya, Buy Online diletakan terpisah dari menu Contact.
Berdasarkan severity ratings versi Jakob nielsen (1995) dari skala 0-4, permasalahan in termasuk pada skala = Major usability problem: important to fix, so should be given high priority. Permasalahan ini penting untuk ditangani dan menjadi prioritas yang tinggi.

Permasalahan 3

Penggunaan warna yang salah sehingga menimbulkan ambiguitas

Awalnya, saya berpikir bahwa tulisan Our products dan Brief Explanation yang diberi warna biru muda adalah berupa link. Warna yang digunakan sama dengan warna yang digunakan oleh tulisan yang berupa link. Ternyata tulisan tersebut hanya berupa judul tulisan yang tidak bisa diklik.

halaman home
Solusinya adalah dengan merubah warna judul tulisan tersebut dengan warna yang lebih tua sehingga tidak menimbulkan ambiguitas antara link atau bukan link.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob nielsen (1995) dari skala 0-4, permasalahan in termasuk pada skala = Major usability problem: important to fix, so should be given high priority. Permasalahan ini penting untuk ditangani dan menjadi prioritas yang tinggi.


Permasalahan 4

Antarmuka situs web mengganggu pandangan user

Penggunaan grid yang ditampilkan pada desain situs web sangat mengganggu pandangan user ketika pertama kali dibuka. Hal ini akan membuat mata tidak konsen ketika melihat konten situs tersebut secara keseluruhan terutama ketika membaca tulisan. Apalagi latar belakang web tersebut berwarna putih sehingga grid yang berwarna abu-abu tampak jelas terlihat.
halaman web dengan grid yang tampak mengganggu pandangan
Solusinya adalah hilangkan grid pada situs web tersebut.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob nielsen (1995) dari skala 0-4, permasalahan in termasuk pada skala 1 = Cosmetic problem only: need not be fixed unless extra time is available on project.
Read More...

Flexibility and efficiency of use - omegaakutansi.com

Leave a Comment
Secara umum, maksud dari prinsip usability ini adalah user yang sudah advance maupun awam tetap fleksibel dan efisien dalam menggunakan fungsi-fungsi sistem yang ada di suatu situs web.

Permasalahan 1

User mendapatkan kemudahan untuk kembali ke atas halaman dengan cepat namun banyak user terutama user awam yang tidak mengetahuinya

Contoh dari penggunaan back to top yang terdapat pada footer halaman akan sangat membantu pengguna untuk kembali ke halaman paling atas tanpa perlu men-scroll. Sangat efisien dalam penggunaannya. Namun, seringkali user, apalagi user awam tidak mengetahui kegunaan tombol tersebut disamping warna dan ukurannya tidak terlalu mencolok bahkan tidak seperti sebuah link yang berfungsi.


footer dan fungsi back to top

Solusinya tombol back to top lebih diperbesar dan buatlah agak mencolok serta buatlah warna dari "back to top" berbeda dengan yang lainnya. Bisa juga dengan membuat sebuah icon seperti panah yang menunjuk ke atas. Dengan begitu, user akan mengetahui perbedaan mencolok tersebut sehingga bisa mengetahui kegunaannya karena penasaran untuk mengarahkan cursor ke arah sana.

Berdasarkan severity rating versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0-4, permasalahan ini termasuk pada kategori 2= Minor usability problem: fixing this should be given low priority. Artinya permasalahan ini mendapat prioritas rendah untuk diselesaikan.

Permasalahan 2 

Tidak ada fitur search yang mempermudah user melakukan pencarian

Beberapa user mungkin lebih memilih menelusuri menu untuk melakukan pencarian konten yang diinginkan. Namun, beberapa user lagi mungkin ingin menelusuri konten lebih cepat sehingga alternatif search secara otomatis akan lebih mengefisienkan waktu mereka. Namun, sayangnya situs ini tidak menyediakan fitur tersebut. Fitur search digunakan pada pencarian Blog saja, tidak secara keseluruhan.
Header web tanpa fitur search


fitur search yang terdapat pada halaman Blog
Oleh karena itu, solusinya adalah dengan membuat kotak pencarian di sudut kanan atas situs web.

Berdasarkan severity rating versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0-4, permasalahan ini termasuk pada kategori 3= Major usability problem: important to fix, so should be given high priority . Artinya permasalahan ini mendapat prioritas yang tinggi untuk diselesaikan.
 
Read More...

Sabtu, 07 Juni 2014

Recognition Rather than Recall - omegaakutansi.com

1 comment
Artinya, user tidak harus mengingat langkah sebelumnya sebelum dia berada pada kondisi sekarang. 

Permasalahan pada situs ini adalah tidak adanya indikator yang menandakan posisi user

Ketika saya mencoba membuka kategori News dan membuka salah satu artikelnya, ternyata setelah dibuka tidak ada petunjuk apapun bahwa saya membuka artikel dari kategori News. 


Solusi dari permasalahan ini adalah dibuatnya Breadcrumbs untuk mempermudah user mengetahui posisinya sehingga nampak jelas ketika dia ingin kembali ke posisi sebelumnya. Misalnya ingin kembali ke halaman News. 
Berdasarkan severity rating Jakob Nielsen (1995) dari skala 0-4, permasalahan ini termasuk pada skala = Major usability problem atau termasuk permasalahan dengan skala prioritas tinggi yang harus diselesaikan. 
Read More...

Error Prevention - omegaakutansi.com

Leave a Comment
Inti dari prinsip ini adalah user dicegah untuk melakukan kesalahan pada saat berinteraksi dengan situs.

Tidak adanya pencegahan error dari situs ketika user melakukan kesalahan

Permasalahan ini terasa ketika mengisi formulir pendaftaran affiliate. Ketika saya mencoba mengisi sembarang dan menekan tombol submit, sama sekali tidak ada error prevention bahkan hanya dialihkan pada halaman kosong yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan member baru. Bisa jadi sistem selalu menyimpan data member yang mengisi asal seperti di bawah ini dan akhirnya hanya menghabiskan kuota database.
formulir pendaftaran affiliate

respon setelah tombol submit diklik






Solusi dari permasalahan ini adalah dibuatnya error prevention untuk setiap field dari formulir tersebut. Contohnya ketika mengetikan password, pastikan user mengisi karakter sesuai dengan batasan password yang diinginkan. Ex : hanya 8 digit angka / huruf/ campuran keduanya. Atau ketika mengisi nomor telepon dan nomor rekening, maka hanya angka saja yang diperbolehkan. Lebih baik jika setiap user mengisi salah satu field, sistem akan memunculkan tanda bahwa user telah berhasil mengisi field tanpa ada kesalahan. Misalnya pada field tersebut diberi boder hijau ketika berhasil mengisi dan border merah ketika user melakukan kesalahan. 

Berdasarkan severity rating Jakob Nielsen (1995) dari skala 0-4, permasalahan ini termasuk pada skala = Usability catastrophe: imperative to fix this before product can be released. Permasalahan harus diselesaikan sebelum sistem benar-benar jadi. Sehingga, respon yang diinginkan ketika tombol submit diklik adalah user berhasil atau gagal mengisi formulir tersebut.



Read More...

Consistency and Standards - omegaakutansi.com

1 comment
Maksud dari usability ini adalah user tidak harus berpikir mengenai apakah suatu kata, situasi dan aksi yang berbeda memiliki arti yang sama.

Menu utama tidak sama dengan submenu

Ketika menglik link Our products, ekspektasi user tentu akan ada halaman yang berisi daftar-daftar yang ada di bawah Our Products yaitu Omega accounting, omega stock, software online, download demo, dan What's new. Namun, ternyata halaman yang ditampilkan hanya berupa gambar produk dan link-nya yang nama-nama produknya ternyata tidak sama dengan ekspektasi awal. Bahkan user bingung sebenarnya apa saja produk yang ditawarkannya?

halaman Our products yang tidak konsisten

Solusi dari permasalahan ini adalah dengan memperbaiki konsistensi menu dan sub menu juga halaman yang ditampilkan. Sub menu harus merepresentasikan menu Our Products itu sendiri. Artinya sub menu memang berisi produk, bukan yang lain seperti Download Demo atau What's New? .Selain itu Menu Our Product sebaiknya tidak dalam bentuk link yang bisa diklik tapi berupa dropdown menu yang terdiri dari sub menu product.

Berdasarkan severity rating Jakob Nielsen (1995), permasalahan ini diberi skala = Usability catastrophe: imperative to fix this before product can be released. Permasalahan harus diselesaikan sebelum sistem benar-benar jadi dan siap diakses oleh user.
Read More...

User control and freedom - omegaakutansi.com

Leave a Comment
User seringkali tidak lepas dari kesalahan ketika berinteraksi dengan sistem, misal ketika mengklik sebuah link Namun, terlepas dari itu user juga harus bisa kembali ke posisi awal sebelum dia melakukan kesalahan. Artinya sistem harus mensupport undo dan redo sehingga user terbebas dari kesalahan yang sama. Itulah pengertian umum user control and freedom

Pada situs ini, user merasa bingung kembali ke halaman mana ketika salah melakukan tindakan.

Apa maksudnya? Ya, awalnya di sini saya mengklik salah satu gambar produk. di sidebar yang berjudul Our Products. Ekspektasi awal user akan digiring ke halaman berisi produk. Namun, ketika user ingin kembali ke halaman yang berisi daftar produk, user malah disodori dengan link return to portfolio. Ternyata, ketika saya mengklik gambar produk, halaman yang dibuka adalah halaman berisi penjelasan salah satu produk dari halaman portfolio. Oleh karena itu, awalnya sempat bingung mengapa kembali ke portfolio? Bukannya kembali ke halaman sebelumnya, user malah dibuat bingung karena kembali ke halaman yang tidak pernah diakses sebelumnya.

Sidebar yang berisi daftar product



Halaman penjelasan salah satu produk -  Return to portfolio?

Solusi dari permasalahan ini adalah dengan memisahkan menu product dan portfolio. Atau jika memang maknanya sama, bisa dipilih salah satu sehingga user dapat memahami bahwa yang diklik adalah product dan bisa kembali ke halaman sebelumnya yang berisi daftar product jika memang tujuan awalnya adalah melihat daftar produk. Cara kembali ke menu product dapat berupa menyediakan thumbnail gambar beserta link produk lain di halaman yang berisi penjelasan salah satu produk tersebut. Atau cara kedua adalah dengan membuat BreadCrumbs pada setiap kali halaman salah satu produk dibuka. Hal ini tentu akan sangat membantu user mengetahui posisinya sekarang selain bisa berpindah ke menu product lagi.

Berdasarkan Severity rating versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0-4, penulis memberikan skala = Usability catastrophe: imperative to fix this before product can be released. Artinya permasalahan ini harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum sistem benar-benar jadi. 


Read More...

Match between system and the real world - Omegaakutansi.com

Leave a Comment
Inti dari prinsip usability ini adalah sistem harus bisa "berkomunikasi" dalam bahasa user. Setiap kata, istilah dan frasa harus sewajarnya dan bisa dipahami oleh user.
 
Permasalahan 1

Tidak adanya penjelasan mengenai istilah keilmuan yang belum tentu dipahami oleh user awam

Pada mega menu di bawah ini, terdapat kata marketing affiliate. Bagi seorang ekonom atau orang yang menekuni marketing, sangat wajar bila tidak akan bertanya lagi mengenai maksud istilah tersebut. Namun bagi user awam ketika akan mengklik link tersebut, user akan berpikir dan bertanya "Apa ini?"
Menu About us dan sub menu Marketing Affiliate
Solusi dari permasalahan ini adalah perlu adanya ulasan singkat mengenai istilah ini, misal dalam bentuk tooltip untuk menjelaskan singkat apa itu marketing affiliate sebagai bentuk jawaban dari pertanyaan user. Tooltip adalah informasi yang tampil ketika kita mengarahkan cursor ke sebuah text atau gambar di halaman web. Dalam kasus ini, adalah ketika mengarahkan cursor ke teks Marketing affiliate maka akan muncul tooltip yang berisi informasi singkat mengenai marketing affiliate. Terutama apabila ketika menu tersebut diklik tidak ada penjelasan juga mengenai apa itu marketing affiliate.

Berdasarkan severity rating versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0-4, penulis memberikan rating 2 = Minor usability problem: fixing this should be given low priority. Artinya permasalahan ini menjadi prioritas rendah untuk diselesaikan.


Permasalahan 2

Tidak ada penjelasan pada singkatan yang tidak umum bagi user awam

Contoh singkatan yang digunakan adalah FAQ (Frequently Asked Questions). Bagi orang yang awam, singkatan ini tentu saja tidak dimengerti. Ketika halaman FAQ dibuka, tidak ada keterangan sama sekali mengenai kepanjangan dari FAQ tersebut. 

halaman FAQ
Solusi dari permasalahan ini adalah kepanjangan FAQ dicantumkan di halaman tersebut.
Berdasarkan severity rating versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0-4, penulis memberikan rating 3 = Major usability problem: important to fix, so should be given high priority. Artinya permasalahan ini merupakan major usability problem atau penting untuk diperbaiki.

Permasalahan 3

  Sistem tidak konsisten dalam menggunakan bahasa 

Secara keseluruhan, menu pada situs ini menggunakan bahasa inggris, namun masih ada beberapa sub menu yang menggunakan bahasa Indonesia sehingga kurang pas untuk dibaca. Contoh pada menu About us, masih terdapat kata yang menggunakan bahasa indonesia yaitu Peluang Bisnis. Contoh kedua pada menu Blog, masih ada sub menu yang juga tidak konsisten yaitu Program Kasir - Software Toko Terbaik.

menu yang tidak konsisten dalam menggunakan bahasa
Sebaiknya gunakan bahasa yang konsisten dengan mengganti Peluang Bisnis menjadi Business dan Program Kasir-Software Toko Terbaik menjadi Software.
Berdasarkan severity rating versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0-4, penulis memberikan rating 3 = Major usability problem: important to fix, so should be given high priority. Artinya permasalahan ini merupakan major usability problem atau penting untuk diperbaiki.
Read More...

Visibility of System Status - omegaakuntansi.com

Leave a Comment
Inti dari prinsip ini adalah sistem harus dapat menginformasikan kepada user tentang apa yang terjadi pada sistem.

Permasalahan 1

User tidak tahu apa yang terjadi pada sistem sehingga lama menunggu respon dari sistem

Respon halaman Sales and Technical Supports (TS) ketika salah satu TS diklik
Pada saat user mengklik salah satu support pada halaman Live and Technical Supports, user mendapat respon awal berupa munculnya angular loading . Namun, permasalahan sebenarnya muncul ketika user terlalu lama menunggu respon lanjutan dari sistem karena setelah beberapa menit sistem hanya menampilkan angular loading yang terus berputar. Hal ini tentu menjengkelkan user karena tidak tahu apa yang dilakukan oleh sistem ketika dia mengklik salah satu layanan support. Padahal umumnya respon yang sukses ketika mengklik salah satu technical support tersebut, software pendukung seperti Yahoo! Messenger akan terbuka untuk bisa melakukan aksi selanjutnya, yaitu chat dengan technical support yang diklik tersebut. Setelah diteliti, ternyata memang untuk membuka sistem tersebut diperlukan software pendukung lain. Hanya saja, pemberitahuan tersebut diletakan di akhir halaman sehingga pada awalnya user tidak tahu harus melakukan apa dan hanya mendapatkan respon angular loading yang terus menerus berputar.

Penyebab permasalahan

Solusi untuk permasalahan tersebut adalah dengan memberikan notifikasi di awal halaman, sehingga user sudah tahu jika harus menginstall software pendukung untuk bisa berkomunikasi dengan technical support. Hal ini tentu lebih efektif daripada membiarkan user menunggu lama hingga akhirnya jengkel dan tidak ingin membuka kembali situs tersebut. Solusi kedua adalah dengan memberikan notifikasi setelah angular-loading ditampilkan.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini diberi rating 3. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori Major usability problem: important to fix, so should be given high priority. Artinya penting untuk diperbaiki dan termasuk prioritas yang tinggi.

Permasalahan 2 

 Texfield tidak ditampilkan dengan jelas sehingga user tidak tahu kemana pointer harus diarahkan

Permasalahan ini terasa ketika saya akan mengisi suatu form. Textfield yang disediakan tidak terlihat sama sekali. Yang terlihat hanya label di atasnya. Saya harus mengira-ngira dimana textfield berada untuk meletakan pointer tepat di dalam textfield.

form dan textfield yang invisible
Permasalahan ini tentu sangat menjengkelkan user dan harus segera ditangani dengan memberikan border pada textfield. Rekomendasi kedua adalah dengan memberikan efek textfield yang sedang aktif misalnya diberi efek blue glow light. Sehingga user dapat merasakan posisi textfield yang akan diisi dengan adanya indikator aktif dari efek tersebut.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini diberi rating 4. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori 3= Major usability problem: important to fix, so should be given high priority. Artinya penting untuk diperbaiki dan termasuk prioritas yang tinggi.


Permasalahan 3 

 User tidak mendapatkan respon dari sistem ketika suatu link diklik

Permasalahan ini terasa ketika mengklik link comment pada sebuah postingan. Saya sudah berkali mengklik link namun tidak ada respon dari sistem.
link komentar pada suatu postingan

Solusinya adalah dengan memperbaiki sistem tersebut sehingga sistem akan langsung mengarahkan posisi secara otomatis pada daftar komentar.
 
Read More...

Selasa, 13 Mei 2014

Webliography Evaluasi dan Pengujian Usability

15 comments
JENIS-JENIS EVALUASI
Jenis evaluasi dibedakan menjadi 2 yaitu :
  1. Summative evaluation. Evaluasi yang dilakukan untuk menguji kesuksesan suatu produk yang sudah selesai yaitu mencapai standar yang ditentukan sebelumnya (ISO).
  2. Formative evaluation. Evaluasi yang dilakukan selama desain untuk memastikan produk sesuai dengan yang diinginkan pengguna.
Tempat untuk melakukan evaluasi dilakukan di laboratorium dan di lapangan/ lokasi kerja pengguna sistem. Waktu evaluasi dilakukan ketika muncul produk baru atau perbaikan dari produk sebelumnya.

Mengevaluasi Perancangan
Evaluasi ini terjadi setelah proses perancangan. Secara ideal, evaluasi pertama dilakukan sebelum implementasi dimulai. Jika perancangan dievaluasi, kesalahan dapat dihindari karena perancangan dapat diperbaiki sebelumnya.

Cognitive Walkthrough
Tujuan evaluasi ini untuk melihat seberapa besar dukungan yang diberikan pada pengguna untuk mempelajari beberapa tugas yang diberikan. Pendekatan ini dikemukakan oleh Polson, dkk. Walkthrough dilaksanakan oleh perancang atau seorang ahli dalam psikologi kognitif. Ahli bekerja melalui perancangan tugas tertentu, tahap demi tahap, mengidentifikasi masalah yang berpotensi pada kriteria psikologi. Kemudian dibandingkan ke proses dimana perancang software bekerja dengan koding pada kondisi yang berbeda.
Dalam pendekatan ini ada beberapa issue yang timbul yaitu :
  1. Pengaruh apa yang timbul setelah tugas ini diberikan ke pengguna?
  2. Proses cognitive apa yang tersedia?
  3. Masalah pembelajaran apa yang seharusnya timbul?
Analisis difokuskan pada tujuan user dan pengetahuan. Untuk melakukan evaluasi cognitive walkthrough membutuhkan informasi sebagai berikut :
  1. Deskripsi dari suatu interface yang dibutuhkan itu sendiri
  2. Deskripsi dari tugas termasuk usaha yang benar untuk melakukannya dan struktur tujuan untuk mendukungnya.
Dengan informasi yang sudah didapatkan maka evaluator dapat melakukan langkah dari walkthrough yaitu :
  1. Pilih tugas
  2. Deskripsikan tujuan awal dari user
  3. Lakukan kegiatan/aksi yang tepat
  4. Analisa proses keputusan untuk setiap kegiatan
Cognitive walkthrough berbasis formulir yang disediakan untuk merujuk evaluator melalui sekumpulan pertanyaan yang berhubungan dengan tugas dan tujuan user.

Heuristic Evaluation
Dikemukan oleh Neilsen dan Molich, hampir sama dengan cognitive walkthrough tetapi sedikit terarah dan terstruktur. Pada evaluasi ini, sekumpulan kriteria usability atau heuristic diidentifikasi dan perancangan dilaksanakan. Dalam sistem ini terdapat beberapa kriteria yaitu :
  1. Perilaku sistem dapat dipastikan
  2. Perilaku sistem konsisten
  3. Feedback tersedia
  4. Kemampuan memori user tidak melebihi batas
  5. Dialog merupakan orientasi tugas
Tujuan heuristic evaluation adalah untuk memperbaiki rancangan secara efektif. Evaluator melakukan evaluasi melalui kinerja dari serangkaian tugas dengan perancangan dan disesuaikan dengan kriteria setiap tingkatan. Jika kesalahan terdeteksi dapat ditinjau ulang untuk diperbaiki sebelum tahap implementasi. Pendekatan ini tidak seluruhnya subyektif dengan menggunakan kriteria khusus untuk merujuk evaluasi. Selain itu membutuhkan level pengetahuan tertentu untuk mengaplikasikan evaluasi ini. Misalnya untuk menentukan jika suatu perancangan melebihi memori user, perancang perlu mengetahui kemampuan memori manusia.

Review Based Evaluation
Evaluasi antara psikologi eksperimen dengan interaksi manusia dan komputer menghasilkan hasil-hasil eksperimen yang baik dan pengalaman yang nyata. Misalnya pada usability dari tipe menu yang berbeda, pemanggilan nama perintah dan pemilihan icon. Dalam kenyataannya, hasil eksperimen ini tidak dapat dipastikan mempertahankan keadaan yang tetap. Evaluator harus memilih data secara hati-hati, menunjuk rancangan eksperimen yang dipilih, subyek masyarakat yang digunakan, analisa pelaksanaan dan asumsi yang dibuat. Misalnya: pengujian eksperimen, usability dari jenis sistem ‘bantu’ umum yang menggunakan subyek baru tidak menyediakan evaluasi yang tepat dari sistem ‘bantu’ yang dirancang bagi user ahli.

 Model Based Evaluation
Pendekatan evaluasi ini berguna untuk mengevaluasi perancangan dengan kombinasi spesifikasi perancangan dan evaluasi ke dalam kerangka kerja yang sama. Contohnya: GOMS Model, Keystroke level model dan design rationale.

Berikut adalah beberapa link yang bisa digunakan sebagai sumber terkait evaluasi web usability. Evaluasi web usability ini bisa digunakan untuk berbagai website seperti e-commerce website, digital library, dan jenis website lainnya.
http://webml.elet.polimi.it/webml/upload/ent5/1/WebUsability-MateraEtAl.pdf (ini adalah link artikel mengenai prinsip dan metode evaluasi web usability
http://www.useit.com/ (ini merupakan website milik usability guru, jacob nielsen yang sangat direkomendasikan untuk memberikan panduan lengkap mengenai evaluasi web usability. Banyak artikel-artikel menarik yang bisa diakses melalui  http://www.useit.com/alertbox/ yang terkait dengan web usability)
http://designingwebinterfaces.com/6-tips-for-a-great-flex-ux-part-5 (10 heuristic evaluation disertai dengan contoh yang mudah dimengerti)
http://www.usefulusability.com/24-usability-testing-tools/ (berisi artikel mengenai 24 usability testing tools yang ditulis oleh seorang usability expert)
(8 golden rules of interface design)

PENGUJIAN 

List of 24 usability testing tools:

  1. A Paper and Pencil
  2. Concept Feedback
  3. Chalkmark
  4. Clickheat
  5. ClickTale
  6. Clixpy
  7. Crazy Egg
  8. Ethnio
  9. Feng-GUI
  10. Five Second Test
  11. Feedback Army
  12. Loop11
  13. Mechanical Turk
  14. Morae
  15. Open Hallway
  16. Silverback
  17. Simple Mouse Tracking
  18. Usabilla
  19. UserFly
  20. UserTesting.com
  21. UserVue
  22. Google Analytics
  23. Google Website Optimizer
  24. Website Grader

Read More...