Minggu, 16 Februari 2014

INTJ? WHY NOT?

2 comments

Iseng-iseng klak-klik tes kepribadian MBTI, dgn 76 pertanyaan berakhir dengan hasil INTJ (Introvert, Intuition, Thinking, Judging) . Agak kaget dan gak percaya juga. Eh, pas dites lagi di web lain hasilnya sama aja .___. Yasudahlaah toh mungkin emang takdir punya kepribadian paling langka : 0.2 % for female . Berikut deksripsi dari suatu web psikologi yang memperkuat bahwa saya memang seorang INTJ.
INTJ adalah seorang analitis. Mereka paling nyaman bekerja sendiri dan cenderung kurang bergaul dibanding orang lainnya.
Dulu sih iya, tapi sekarang masih iya udah enggak terlalu kayaknya. Dulu saya orang yang lebih nyaman ngerjain tugas sendiri dibanding bareng-bareng. Ribet gitu kalo banyakan dan cenderung gak percaya sama kemampuan orang *uoooh. Sekarang sih udah berkurang rasanya, hho. Yaah seiring bertambahnya umur, bukankah kedewasaan juga harus ditingkatkan :) 
INTJ siap memimpin jika tidak ada orang yang melakukan tugas itu, atau jika mereka melihat kelemahan dalam sebuah kepemimpinan.
Bener banget. Selama ada orang yang kompeten untuk menjadi seorang leader, kenapa tidak? Baru ketika orang yang ditunjuk tersebut ternyata tidak punya kapasitas maka tidak heran biasanya saya gerah untuk mengambil posisi tersebut. 
Mereka cenderung pragmatis, logis, dan kreatif.
Saya kurang setuju kalo dibilang pragmatis. Nah, kalo logis maybe yes. Temen-temen yang udah kenal deket ama saya bilang kalo saya lebih mirip cowok daripada cewek saking logic banget sampai dibilang miss coding -_-“. Kreatif? Bisa jadi bisa jadi haha. Saya orang yang seneng desain juga, tapi sampai sekarang saya bingung juga dengan passion saya sebagai anak CS : desain atau programming ya?Bagi saya sih dua-duanya juga perlu dimiliki dan perlu di-passion kan oleh semua anak CS di seluruh dunia.
INTJ adalah individu yang kuat mencari sudut yang baru atau cara baru dalam memandang sesuatu. Mereka menikmati adanya pemahaman baru.
Yang jelas saya anti mainstream dan open minded terhadap pendapat orang lain. Bahkan ketika orang lain berpandangan x, saya selalu punya pikiran nyeleneh dari yang lain dengan berpandangan z. Yeah ~ 
Mereka memiliki wawasan dan mental cepat, namun, mereka menyimpan banyak hal untuk diri mereka sendiri.
Bisa dibilang saya fast learner. Sering disimpen sendiri? Mungkin beberapa case iya, tapi banyak juga yang enggak tuh.  
Mereka adalah orang yang sangat menentukan visi, terlepas dari apa yang orang lain pikirkan. Mereka bahkan mungkin dianggap paling independen dari semua tipe kepribadian.
Ini iya banget. Saya termasuk orang yang gak suka sama orang yang gak punya visi dalam hidupnya
Mereka memiliki bakat untuk menganalisis dan merumuskan teori-teori yang kompleks.
Dulu, waktu kecil saya alergi sama matematika. Eh, pas SMP sampai sekarang saya keranjingan bahkan pas SMP buku-buku berbau matematika saya lahap tuh saking sukanya. Saya lebih termotivasi mengerjakan soal2 kompleks dibandingin yang sederhana *wuuhsomboong. No offense hehe, biarkan orang lain yang menilai.
Mereka sering menyadari pengetahuan dan kemampuan mereka sendiri-juga keterbatasan mereka dan apa yang mereka tidak tahu.
Saya diam ketika tidak tahu dan berbicara ketika tahu. Gak mau orang lain sesat gara-gara saya haha. Karena saya orang yang tahu kemampuan dan kekurangan diri saya, so it’s easy to say yes or no. 
Dalam membentuk hubungan, INTJ cenderung mencari orang lain dengan karakter yang sama dan ideologi yang sama pula.
Saya banget nih. Pokoknya lebih klop kalau temenan sama orang yang sevisi dan punya prinsip yang sama. Saya bahkan bisa menjadi extrovert sama orang kalau udah ngomongin hal-hal yang saya sukai :) 
Mereka umumnya menahan emosi yang kuat dan tidak suka membuang-buang waktu dengan apa yang mereka anggap irasional.
Saya termasuk orang yang susah marah sama orang, kecuali kalau orang itu memang bener-bener menyakiti hati dan termasuk orang yang deket dengan saya *eaah. Entahlah, memang INTJ rata2 seperti itu. Seperti gak punya emosi, tapi sekalinya meledak gak ketulungan. Gak suka buang-buang waktu untuk hal-hal kecil misal basa-basi. 
non-INTJ menganggap INTJ jauh dan pendiam, namun, INTJ biasanya dapat menjadi mitra yang sangat setia dan siap untuk melakukan energi besar dalam suatu hubungan.
Nah! Orang lain biasanya menganggap saya pendiem kalo belum deket banget. Padahal kalo udah kenaal wuuh sekalinya ekstrovert bisa memuncak dan kalo udah capek ya kembali lagi introvert, menikmati kesunyian hhe. Yaah you know that Introvert must recharge their energy by keep in silent.
Setia? Maybe hho. Saya paling gak bisa ninggalin seseorang yang udah baik banget dan bener-bener deket sama saya. Gak tahu, kadang suka gampang kasihan sama orang. 
Kadang-kadang, INTJ tampak dingin, pendiam, dan tidak responsif.
Kayaknya bukan kadang-kadang lagi tapi sering (untuk orang yang belum kenal saya) Saya sering keliatan diam daripada ngobrol dan gak pekaan gitu kalo dipanggil. Saking fokusnya kali ya hehe.
INTJ biasanya lebih baik dalam situasi kerja daripada dalam situasi rekreasi.
Nah, ia bangeet. Saya lebih seneng kerja daripada berlibur. Kayaknya sayang loh melewatkan waktu yang berharga hha. (tapi tergantung juga, kalo udah mumet banget sama kerjaan sih berlibur juga perlu banget) Mungkin, untuk liburan yang rame2 saya sering menghindarinya dan lebih seneng berlibur dengan orang2 yang udah deket sama saya (read : keluarga dan teman2 tertentu) 
Skeptis dan independen, memiliki standar kompetensi yang tinggi dan kinerja – untuk diri mereka sendiri dan orang lain.
Orang lain bilangnya saya high standard, anti mainstream dan gak peduli orang suka atau enggak dengan keinginan saya. Dulu sih iya banget. Tapi, akhir-akhir ini saya lebih sering mengalah untuk  tidak mementingkan ego pribadi karena keperfeksionisan saya.
Karir pekerjaan: Eksekutif, hukum, arsitek, komputer profesional, konsultan manajemen, insinyur, ilmuwan.
Waktu kecil saya sering ditanya mau jadi apa? saya bilang aja mau jadi arsitek *garanya seneng gambar . Kebetulan ayah juga seorang engineer sih yang kerjaannya ngerancang mesin.  Eh, pas tahu arsitek itu harus teliti banget saya nyerah dan memutuskan menjadi mahasiswi Ilmu Komputer (yang ternyata jauh lebih harus teliti -_-“) Saya suka matematika semenjak SMP, itu yang membuat saya tertantang ingin bergelut di bidang engineer, dan akhirnya nyemplung di sini sebagai Computer Scientist wanna be *aamiin
SUMBER :
Read More...

Jangan (lagi) Menganaktirikan Lingkaran Kecil Itu

Leave a Comment
Dulu..
Ketika lingkaran kecil itu masih membentuk lingkaran seutuhnya, kau masih tetap ceria untuk mengeluarkan keluh kesahmu di sana. Berdiskusi bersama, tertawa, bahkan menangis tersedu-sedu. Kau menghayati setiap cerita yang dilontarkan oleh setiap individu di penghujung pertemuan lingkaran.
Ya, itu dulu. Ketika ukhuwah itu terjalin begitu mudahnya. Tempat pertama kali kita dikumpulkan, di sebuah ruangan besar yang begitu teduh itu masih berbekas di ingatan. Betapa repotnya kita saling tunjuk menunjuk ketika memilih seorang “mas’ulah” atau ketua yang akan menjaga keutuhan lingkaran tersebut.
Sekarang lain ceritanya. Berbinarnya matamu untuk mendatangi seminar Internasional X. Langkahmu tanpa beban mendatangi rapat A, B, C dan D. Senyummu  merekah untuk rihlah bersama teman se-perjuangan katanya. Begitu banyak alasan yang dilontarkan hingga rasa malas untuk mendatangi lingkaran itu pun begitu besar. Melingkar seperti robot yang sebenarnya tak tahu ia dapatkan apa di sana. Hanya berjalan, duduk, mendengarkan, tertawa, bahkan ngantuk karena padatnya aktivitasmu di kampus.
Apa yang membuat lingkaran itu kini tak menarik ukhti?

"Mentornya kurang kreatif, hanya itu2 aja agendanya. Kumpulnya cuma 2 jam. Lihat lingkaran lain, mereka bisa sampai 3-4 jam "

Sejatinya, kuantitas bukan segalanya. Yang terpenting adalah bagaimana materi itu sampai pada “hati” kita. Menyentuh hati, itulah tujuan sebenarnya proses tarbiyah ini. Agar hati-hati kita yang gersang, sempit dan keruh karena problematika selama sepekan itu kembali dipenuhi ruh-ruh yang semangat ber fastabiqul khairat. Bukan dari lamanya ia mendapatkan materi atau berhaha-hihi bersendu ria dengan curhatan-curhatan kita. Bukan.

" Yang datang cuma itu-itu aja, bosen. Masa cuma berdua?"

Itulah fitrah kebaikan, sunatullah bahwa tarbiyah adalah proses seleksi. Wajah ketika lingkaran yang solid itu kini kian berubah hingga mungkin hanya berbentuk segiempat, segitiga atau bahkan garis lurus antara 4 mata saja.
Terkadang memang banyak alasan yang membuat “lingkaran keci” ini tak menarik bagi kita. Jauhnya jarak menuju tempat lingkaran tersebut berada, sempitnya waktu yang kita miliki, kondisi alam yang tak menentu membuat noda ketidakikhlasan di hati kita muncul begitu saja.  Apakah berjama’ah tidak lebih menarik bagimu?
Harus dipahami bahwa lingkaran kecil ini bukan hanya sebatas majelis ilmu maupun sarana pengikat ukhuwah. Jika engkau mengininkan ilmu, bukan di lingkaran ini tempat utamanya. Bukan. Datangi saja majelis ilmu manapun. Jika engkau mengingkan sarana ukhuwah, bukan lingkaran ini pula tempatnya. Kau bisa bersilaturahmi ke sanak saudara, ikut dalam kepanitiaan manapun yang kau mau.

Lingkaran ini seyogyanya adalah sebuah metode, sebuah cara, sebuah strategi, sebuah teknik agar kebaikan ini berjalan di atas keteraturan. Dari sel-sel yang kecil hingga organ lalu bertumbuh lagi menjadi organisme yang hidup dan bergerak (berharokah). Ia adalah basis terkecil dari sebuah jamaah besar yang membentuk rangkaian rantai yang kuat.
Maka ketika meninggalkan lingkaran kecil ini, kau tetap bisa mendapatkan ilmu. Kau bisa merasan ukhuwah islamiyah di luar sana. Tapi TIDAK bisa merasakan peran dalam sebuah gerakan dakwah yang besar membentuk barisan yang rapi dan teratur.
Padahal seudah beribu kali mungkin kau mendengar ini . Semestinya kebaikan itu teroganisir dengan baik. Agar ia bisa mengalahkan kebatilan yang terorganisir dengan baik.
Sebelum kita menyalahkan kondisi, tanyakan pada hati kecil kita. Apakah hati kita sudah cukup bersih dari karat “malas” ? Apakah pintu hati kita terbuka ketika berada di lingkaran itu? Atau bahkan kitalah sebenarnya yang menginginkan pintu itu tak terbuka maupun tak terkunci? Mungkin saja proses tarbiyah itu tak bekembang selama ini. Mungkin saja materi yang masuk dalam otak kita tidak menyatu dalam ruh-ruh kita. Mungkin saja terlalu cintanya kita akan dunia hingga “hidayah” hanya datang menghampiri kita, cukup di sana. Tak ada perkembangan yang begitu berarti, bahkan mungkin stagnan.Tak ada proses mencari tahu, menggali informasi lebih banyak, memfilternya hingga akhirnya bisa dicerna oleh fikr dan ruh kita.
Artikel ini hanyalah sebuah refleksi bagi diri-diri kita mungkin termasuk saya pribadi untuk kembali “tidak menganak-tirikan” lingkaran kecil itu (lagi). Wallahu a’lam.
Read More...