Rabu, 18 November 2009

KINCIR ANGIN BUKAN ASLI BELANDA

Leave a Comment
source:Republika online.

Pencapaian umat Islam dalam industri pangan tercatat lebih awal dari peradaban Barat. Masyarakat Inggris baru mengembangkan industri tepung pada 1600 M.


Sistem pertanian modern merupakan ‘jantung’ kehidupan perekonomian masyarakat Muslim di zaman keemasan. Sejak awal abad ke-9 M, peradaban kota-kota besar Muslim yang tersebar di Timur Dekat, Afrika Utara, dan Spanyol telah ditopang dengan sistem pertanian yang sangat maju, irigasi yang luas, serta pengetahuan pertanian yang tinggi.

Itulah yang membuat dunia Islam di era kekhalifahan memiliki ketahanan pangan yang begitu kuat. Sejarah mencatat bahwa peradaban Muslim telah berhasil melakukan transformasi fundamental di sektor pertanian yang dikenal sebagai Revolusi Hijau Abad Pertengahan atau Revolusi Pertanian Muslim. Revolusi Hijau yang dirintis umat Islam telah memungkinkan transfer beragam tanaman berikut teknik menanamnya ke berbagai penjuru dunia Islam.

Pada era itu, dunia Islam menguasai beragam komoditas pertanian yang awalnya justru berasal dari peradaban lain. Beberapa komoditas pertanian dan perkebunan penting yang dikuasai umat Islam antara lain gula tebu dan gandum. Sejatinya, gula tebu berasal dari peradaban masyarakat India, sedangkan gandum berasal dari Benua Hitam Afrika.

Dengan globalisasi pertanian yang dirajut peradaban Islam, tanaman yang sangat penting itu dikembangkan masyarakat Muslim. Berkembang pesatnya sektor pertanian yang dibarengi perdagangan serta teknologi telah mendorong munculnya industri pangan. Pada era kekhalifahan, industri pangan, seperti gula dan tepung, telah berkembang pesat di dunia Islam.

Salah satu industri yang berkembang pesat di dunia Islam adalah industri gula. Sejatinya, tanaman gula tebu memang berasal dari anak benua India. Konon, masyarakat India telah menemu kan cara untuk mengkristalkan gula ketika Dinasti Gupta berkuasa sekitar tahun 350 M. John F Robyt (1998) mengungkapkan, ada dua tempat asal tanaman gula tebu, yakni Pasifik Selatan dan Timur India. Tanaman gula tebu te lah dikembangkan sejak 10 ribu tahun SM.

Ketika revolusi pertanian Muslim terjadi, para enterpreneur Muslim mengadopsi teknik produksi gula dari India. Industri gula mulai berkembang pesat seiring dibangunnya penyulingan gula oleh para insinyur Muslim. Pabrik penyulingan gula yang tersebar di Pakistan, Afghanistan, dan Iran itu mulai ber operasi sejak abad ke-9 M. Pabrik pe nyu lingan gula pertama dalam peradab an Islam itu digerakkan oleh energi yang berasal dari kincir air dan kincir angin.

Peradaban Islam yang diwakili masyarakat Arab dicatat sebagai peletak dasar industri gula. Masyarakat Muslim tak cuma menguasai penggilingan dan penyulingan gula saja. Pabrik dan per kebunan gula dunia di era keemasan didominasi umat Islam. Menurut Ensiklopedia Tematik Dunia Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve (IBVH), catatan seputar geliat industri gula di era keemasan terekam dalam risalah bertajuk Nihaya Al- Arab fi Funun Al-Adab (Puncak Kemahiran dalam Seni Adab).

Risalah karya Ahmad An Nuwairi (wafat 1332 M) itu, selain mengupas teknik dan cara pembuatan gula, kitab itu juga membahas tata cara menanam gula tebu. Sebelum tebu ditanam, menurut An Nuwairi, lahan yang akan ditanami harus diolah dengan menggunakan bajak berat (maharit kibar). Pengolahan gula pada masa itu tidaklah mudah. Dibutuhkan penguasaan dan keahlian teknologi dalam mengembangkan tebu hingga mengolahnya menjadi gula. Sebab, pengolahan tebu menjadi gula harus menempuh proses kimia. Untunglah, peradaban Islam pada era itu telah menguasai teknologi kimia.

Penanaman tebu membutuhkan areal yang sangat luas. Selain itu, juga membutuhkan jaringan irigasi yang baik. Tak heran, jika pada masa itu, pengembangan industri gula tak bisa dilakukan oleh petani berskala kecil. Karenanya, pena nam an dan pengolahan komoditas pertanian yang vital itu ditangani oleh pe merintah. Pada awalnya, industri gula ditopang perkebunan tebu di Faris dan Al Ahwaz. Setelah itu, berkembang kewilayah La ut Tengah. Pada akhir abad ke- 14 M, per kebunan gula tebu juga telah ber kem bang luar biasa di Andalusia dan Al garve. Spanyol Muslim memang sa ngat termahsyur dalam mengembangkan sektor pertanian. Dari kawasan itulah, lahir para ahli botani Muslim ter kemuka.

Menurut Bapak Sejarah Sains, Geor - ge Sarton, sumbangsih pemikiran dan de dikasi Muslim di Spanyol pada bidang tumbuh-tumbuhan membuat ilmu bota ni, pertanian, dan perkebunan berkembang sangat pesat. Dunia perkebunan dan pertanian mengalami kemajuan. Para ahli botani Muslim membuktikan bahwa sumbangsih peradaban Islam sangat berarti bagi dunia, ujar Sarton.

Tahukah Anda bahwa kata ‘sugar’ yang digunakan bahasa Inggris untuk me nyebut gula berakar dari bahasa Arab? Ya, ‘sugar’ berasal dari kata shakar. Sebagai komoditas yang begitu penting, pada tahun 1420-an, produksi gula telah sampai ke Kepulauan Kanari, Madeira, dan Azores. Gula mulai dikenal masyarakat Inggris melalui jalur Prancis, Spanyol, dan Italiako - moditas perkebunan yang berasa manis itu berawal dari dunia Islam.

Perkebunan dan industri gula di Be - nua Amerika juga berasal dari peradaban Islam. Sejarawan Paul Lunde mengungkapkan, perkebunan tebu yang begitu luas di kawasan Andalusiater utama sekitar Motrilbegitu produktif pa da abad ke-14 dan 15 M. Saat itu, industri gula dikuasai Dinasti Mamluk. Namun, begitu Granada jatuh ke tangan penguasa Nasrani, industri gula yang di kuasai peradaban Islam gulung tikar.

Umat Islam yang terusir dari Spanyol pada abad ke-15 M bermigrasi ke Benua Amerika yang disebut Columbus sebagai ‘Dunia Baru’. Pada tahun 1550 M, terca tat ada sebanyak 3.000 penggilingan gula skala kecil di Benua Amerika. Industri gula di Amerika dibangun dengan ban tuan para ahli Muslim yang berasal dari Kepulauan Kanaritentunya mengguna kan teknologi yang telah dikembang kan selama berabadabad di dunia Islam.

‘’Dengan memperkenalkan industri gula ke ‘Dunia Baru’, produk lainnya yang awalnya dimonopoli dunia Islam akhirnya mulai diproduksi di lingkungan baru di luar dunia Islam,’‘ papar Lunde yang juga seorang sarjana yang meneliti Arab. Begitulah, industri gula berkembang di dunia Islam dan kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia. Kini, Brasil tercatat sebagai produsen gula terbesar di seantero jagad. Selain industri gula, pada era ke emasan Islam juga berkembang pesat industri tepung yang berasal dari gandum. Pada zaman itu, industri penggilingan bahan makanan pokok itu berkembang pesat. Industri penggilingan tepung dibangun para insinyur Muslim di hampir seluruh kota Islam.

Salah satu contohnya, pada abad ke-10 M, industri penggilingan tepung di Baghdad dapat memproduksi 10 ton tepung per hari. Industri penggilingan tepung pertama di Eropa berdiri pada abad ke-12 M di Spanyol Muslim. Pencapaian umat Islam dalam industri pangan tercatat lebih awal dari peradaban Barat. Masyarakat Inggris baru mengembangkan industri tepung pada 1600 m.

Teknologi Penopang Industri Pangan

Air dan angin menjadi sumber energi utama yang digunakan pada era kekhalifahan. Dengan kedua sumber energi itulah, pabrik-pabrik penggilingan bahan pangan beroperasi. Pemanfaatan kedua sumber energi itu didukung dengan teknologi yang beragam. Berikut ini, teknologi penopang industri pangan di zaman kejayaan Islam itu.

Instalasi pabrik penggilingan Instalasi pabrik penggilingan telah berkembang sejak abad ke-9 M. Para insinyur Muslim mendirikan pabrik penggilingan hampir di setiap kota yang tersebar di dunia Islam. Pabrik penggilingan ini digerakkan oleh tenaga air melalui kincir-kincir air. Salah satunya untuk menggiling gandum. Peng gilingan gandum banyak berdiri di Baghdad, Suriah, Iran, dan Mesir. Ada beragam teknik penggilingan sehingga tepung yang dihasilkannya pun bermacam- macam.

Kincir jembatan Salah satu teknologi energi yang digunakan masyarakat Muslim di era keemasan adalah kincir jembatan. Ini ada lah jenis kincir air yang unik. Sebab, kincir air ini menjadi bagian superstruktur sebuah jembatan. Kincir jem batan paling awal berdiri di Cordoba, Spanyol, pada abad ke-12 M.

Engkol dan penggilingan biji dengan tenaga angin Penggilingan biji dengan engkol pertama kali diciptakan insinyur Muslim. Penggilingan ini digunakan untuk meng giling jagung dan biji-bijian lainnya untuk membuat bahan makanan. Penggilingan biji-bijian itu digerakkan oleh kincir angin atau kincir air. Tek no - logi ini muncul pada abad ke-9 M dan 10 M.

Kincir bendungan Kincir bendungan digunakan sebagai energi tambahan untuk menggerakkan penggilingan bahan pangan. Para insinyur Muslim menyebut kincir bendungan dengan sebutan Puli Bulaiti. Kincir bendungan pertama kali dibangun di Shustar, Sungai Karun, Iran. Setelah itu, bendungan semacam itu juga bermunculan di negeri Islam lainnya. Air didaur dari belakang bendungan dan disalurkan melalui pipa besar untuk menggerakkan kincir angin atau roda air.

Turbin air Turbin air pertama di dunia Islam dibangun pada abad ke-9 M. Hal itu terungkap dalam sebuah manuskrip Arab.Kincir angin Menurut para geografer, kali pertama kincir angin dibangun di Sistan, Afghanistan, pada abad ke-7 M. Namun, ada juga yang menyatakan kincir angin di dunia Muslim pertama kali diciptakan pada era kepemim pinan Khalifah Umar bin Khattab (634 M-644 M). Kincir angin digunakan sebagai salah satu energi untuk menggiling jagung dan tepung. Selain itu, juga di guna kan oleh industri gula pada era kekhalifahan.

Ada dua jenis kincir angin, yakni vertikal dan horizontal. Kincir angin pertama yang vertikal berdiri di Sistan. Sedangkan, kincir angin horizontal dibangun pertama kali pada abad ke-9 M di Pakistan dan Iran. Kincir angin horizontal juga digunakan untuk industri penggilingan bahan pangan serta irigasi. Revolusi pertanian yang terjadi pada era keemasan telah menjadikan dunia Islam memiliki ketahanan pangan yang tangguh. Berdirinya industri pangan juga turut mendorong lahirnya beragam jenis masakan dan hidangan. Karena itu, tak heran jika peradaban Barat meniru industri pangan yang dikembangkan dunia Islam, selain juga mengadopsi aneka jenis hidangan khas Muslim.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

please write a comment